Minggu, 24 Oktober 2010

Manusia Sampah



Manusia Sampah
Oleh Yang Mulia Bhikkhu Vijito

Apakah definisi manusia sampah ? Manusia sampah adalah manusia yang tidak ada gunanya atau tidak ada manfaatnya. Manusia yang hidupnya membuat kemarahan atau manusia yang selalu menodai dirinya dengan perbuatan-perbuatan salah. Perbuatan-perbuatan salah itu selalu dilakukan kepada orang lain. Manusia sampah adalah orang yang kehilangan pandangan benar, prilaku yang baik telah tiada, jauh dari kebenaran dan kebaikan, jauh dari cinta kasih dan welas asihnya, jauh dari cinta kasih dan welas asihnya, jauh dari rasa simpati dan keseimbangan batin. Mereka lebih dekat dengan perbuatan-perbuatan buruknya, di dalam pikirannya yang ada hanyalah kekotoran batin (kilesa).

Siapapun yang marah, yang memiliki niat buruk, yang berpikiran jahat dan iri hati; yang berpandangan salah, yang penuh tipu muslihat, dialah yang disebut sampah. Siapapun yang menghancurkan kehidupan makhluk hidup, yang tidak memiliki cinta kasih, kasih sayang yang merusak atau agresif (suka menyerang) di kota dan di desa dan dikenal sebagai perusuh atau penjahat yang kejam, dialah yang disebut manusia sampah.

Siapapun yang mencuri apa yang dianggap milik orang lain, baik yang ada di desa atau di hutan, yang selalu berhutang dan menyangkal ketika ditagih dan menjawab pedas, "Aku tidak berhutang padamu." Siapapun yang berkeinginan mencuri walau pun benda tidak berharga, lalu mengambil barang itu setelah membunuh orang lain. Siapapun yang memberikan sumpah palsu untuk kepentingan sendiri, untuk kepentingan orang lain, atau untuk mendapatkan keuntungan sendiri, dialah yang disebut manusia sampah.

Siapapun yang tidak menyokong ayah dan ibu, yang sudah tua dan lemah, padahal dia hidup dalam keadaan berkecukupan. Siapa pun yang menyerang dan mencaci maki ayah, ibu, saudara kandung, atau ibu mertua, siapa pun yang dimintai nasehat yang baik malahan mengajarkan apa yang menyesatkan atau berbicara dengan tidak jelas, yang munafik, yang setelah melakukan pelanggaran kemudian ingin menyembunyikannya dari orang lain, siapapun yang setelah berkunjung ke rumah orang lain dan menerima keramahtamahan di sana, tidak membalasnya dengan sikap serupa, dialah yang disebut manusia sampah.

Siapapun yang menipu pertapa, bhikkhu, atau guru spiritual, yang mencaci maki dan tidak melayani pertapa dan bhikkhu yang datang untuk makan, siapapun yang karena terperangkap di dalam kebodohan, memberikan ramalan yang tidak benar demi keuntungan yang sebenarnya tidak berharga, yang menginginkan dirinya sendiri dan merendahkan orang lain, pongah dalam kesombongannya, yang suka memicu pertengkaran, yang kikir, memiliki keinginan jahat, iri hati, tidak tahu malu dan tidak menyesal kalau melakukan kejahatan, yang menghina Sang Buddha dan siswa-siswanya, baik yang telah meninggalkan keduniawian maupun perumah tangga biasa, dialah yang disebut manusia sampah.

Siapapun yang berpura-pura Arahat padahal sebenarnya bukan, dia benar-benar penipu hina terbesar di dunia ini, sampah terendah dari semuanya. Demikian penjelasan siapa yang merupakan manusia sampah. Bukan karena kelahiran orang menjadi sampah. Bukan kelahiran pula orang menjadi brahmana (mulia). Oleh karena perbuatanlah orang menjadi sampah. Oleh karena perbuatan pula orang menjadi brahmana. Ada satu contoh. Seorang anak laki-laki dari kasta rendah yang bernama Matanga dari kasta Sopaka. Dia mencapai puncak kejayaan. Dan sesudah itu, para ksatria, brahmana, dan orang-orang lain untuk melayaninya. Setelah menghancurkan nafsu-nafsu duniawi, dia memasuki Jalan Mulia dan mencapai alam Brahma. Kasta tidak dapat mencegahnya terlahir di alam surga.

(Dikutip dari Berita Dhammacakka Edisi 13 Pebruari 2000)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar